Kaltim Live! Samarinda – Sebagai nadi dari kehidupan masyarakat dan ekonomi, Sungai Mahakam turut memiliki potensi pada sektor pariwisata. Namun, selama ini sungai terpanjang kedua di Indonesia itu, hanya digunakan sebagai sektor transportasi, terutama untuk mengangkut hasil bumi.
Data Dinas Perhubungan Kalimantan Timur, mencatat ada ratusan kapal besar pengangkut hasil bumi melintasi Sungai Mahakam. Ramainya perlintasan tersebut, menurut Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud perlu pengaturan lalu lintas yang jelas di sungai terpenting bagi Bumi Etam tersebut.
“Kalau kita lewat di Jembatan Mahkota 2 atau Sungai Kapih, terlihat jelas kapal-kapal sangat mengganggu arus pelayaran. Jumlahnya tidak kira-kira. Setiap hari minimal puluhan, bisa sampai ratusan yang melintang di situ,” keluh Gubernur Harum (sapaan akrabnya) saat menerima kunjungan Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas 1 Samarinda, beberapa waktu lalu di Kantor Gubernur Kaltim.
Lebih rinci dia mengatakan keselamatan lebih penting dari sekadar kepentingan ekonomi. Sebab, menurut Gubernur Harum, saatnya bagi pemerintah untuk segera mencari solusi terbaik bagi lalu lintas di Sungai Mahakam, terutama menyediakan lokasi bagi kapal untuk tambat.
“Kita harus segera cari solusi terbaik untuk memindahkan kapal-kapal yang tambat di tengah sungai. Kalau perlu kita akan segera bangunkan tempat-tempat tambat kapal yang layak,” sebut Gubernur Harum.
Baca berita Kaltim Live! Investasi Teknologi di Timur: Indosat Bangun AI Center untuk Genjot Ekonomi Papua
Untuk itu, dia merasa perlu segera dilakukan pengaturan terkait detail tata ruang (RTRW) untuk kapal-kapal yang berlabuh di sekitar Sungai Mahakam. Bukan hanya di Jembatan Mahakam dan Mahkota 2, Gubernur Harum juga mengingatkan agar standar keselamatan ini berlaku sama dengan jembatan-jembatan lain yang melintasi Sungai Mahakam.
“Jembatan dari Muara Muntai, Jembatan Kukar, Jembatan Mahakam, Jembatan Mahulu dan lain-lain. Ini semua sistem keselamatannya harus disetarakan. Kalau tidak ini hanya soal waktu,” jelas dia.
Seperti Jembatan Mahakam yang pilarnya berusia lebih dari 40 tahun, tak kurang 23 kali fender pilar jembatan tertabrak tongkang dan ponton. Insiden terbaru terjadi pada 26 April 2025 lalu.
Perhias Sungai Mahakam seperti di Shanghai
Selain mengatur lalu lintas transportasi di Sungai Mahakam, salah satu hal yang perlu didongkrak dari keberadaan sungai tersebut adalah sektor pariwisata.
Syarat utamanya kata Gubernur Harum, saat malam hari tidak ada lagi aktivitas pengangkutan batu bara dan tongkang sungai yang menjadi habitat pesut itu. Di saat matahari sudah terbenam, Sungai Mahakam harus lebih dimanfaatkan dengan wisata susur sungai dan konsep kreatif pariwisata lainnya.
Dengan cara itu, ke depan Kaltim bisa mengumpulkan pundi-pundi pendapatan daerah dan menghidupkan perekonomian masyarakat daerah dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan, pebisnis dan pekerja yang datang ke daerah ini.
“Kalau malam tidak ada lewat ponton, kita bisa hidupkan Sungai Mahakam kira-kira seperti di Shanghai, Vietnam, Kamboja, Philipina dan Thailand,” sebut Gubernur Harum.
Baca berita Kaltim Live! Balikpapan GEMPUR STUNTING! Jurus Tekan Angka Stunting
Contoh indah lainnya adalah Sungai Nil di Kairo, Mesir. Keindahan Sungai Nil di malam hari dengan kerlap-kerlip lampu kotanya selalu mampu menghipnotis setiap wisatawan yang datang.
“Kalau malam waktunya Sungai Mahakam jadi tempat rekreasi. Tapi catatannya, jangan ada kapal (ponton/tongkang) pengolongan (melintasi Jembatan Mahakam),” saran Gubernur Harum.
Sebab kata Gubernur Harum, aktivitas pengangkutan batu bara dan lain-lain pada malam hari sangat tidak baik untuk keselamatan lalu lintas sungai.
“Kan tidak menarik saat wisatawan sedang berwisata di Sungai Mahakam, tiba-tiba ada kabar pilar jembatan ditabrak ponton lagi,” seru gubernur.
Ke depan, adik dari Wali Kota Samarinda ini menegaskan, tata kelola lalu lintas di sungai yang menjadi nadi ekonomi masyarakat Kaltim itu harus diatur lebih baik lagi. Selain berguna untuk menambah pendapatan asli daerah, juga berperan baik untuk mengurangi banjir Kota Samarinda dengan melakukan pengerukan.
Seperti diketahui, Sungai Mahakam sudah sejak lama dikenal sebagai urat nadi penting jalur perdagangan Bumi Etam. Selain menjadi jalur transportasi angkutan bahan kebutuhan pokok ke wilayah hulu Mahakam, berton-ton batu bara melintas di Sungai Mahakam setiap harinya. Di masa lalu, kayu hasil hutan juga melenggang mulus ke luar Kaltim melintasi jalur Sungai Mahakam. (Kaltim Live)