Kaltim Live! Balikpapan – Kota Balikpapan kembali mengikuti evaluasi Kota Layak Anak (KLA) 2025, program nasional dua tahunan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Evaluasi ini menjadi momen penting untuk mengukur sejauh mana komitmen kota terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak.
Evaluasi dijadwalkan berlangsung Kamis (12/6/2025), dengan skema hybrid, menggabungkan pertemuan langsung dan virtual. “Tim dari Kementerian akan melakukan verifikasi dari Jakarta via Zoom Meeting,” ungkap Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Heria Prisni, Selasa (10/6/2025).
Evaluasi tahun ini terbagi dalam tiga sesi utama. Pertama, pemaparan oleh kepala daerah atau pejabat terkait di Ruang Rapat Wali Kota. Kedua, dialog interaktif tim penilai dengan Forum Anak dalam sesi breakout. Ketiga, verifikasi lapangan secara real-time dari 11 titik lokasi yang telah ditetapkan.
Heria menjelaskan bahwa titik-titik yang akan menjadi lokasi penilaian mencakup sejumlah fasilitas dan institusi yang berkaitan langsung dengan pemenuhan hak anak, seperti ruang rapat utama Wali Kota, Forum Anak Kota Balikpapan, serta Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA). Selain itu, juga termasuk Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA), layanan anak di puskesmas, sekolah ramah anak, dan UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Lembaga Perlindungan Khusus Ramah Anak, rumah ibadah ramah anak, Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA), dan Taman Asuh Ramah Anak (TARA) turut menjadi bagian dari lokasi yang akan diverifikasi. “Kalau ada permintaan tambahan dari tim penilai, kami juga siapkan satu lokasi cadangan di sekolah,” kata Heria.
Meski evaluasi hanya digelar dua tahun sekali, Heria menegaskan bahwa prinsip ramah anak telah menjadi praktik rutin. “Yang kami lakukan sekarang hanya pengecekan fisik seperti fasilitas bermain yang rawan rusak,” ujarnya.
Capaian Balikpapan sejauh ini cukup membanggakan. Setelah pada 2023 meraih predikat ‘Utama’, kini targetnya naik ke level ‘Paripurna’, predikat tertinggi dalam KLA. Komitmen kota diperkuat dengan terbitnya Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan KLA, yang jadi poin plus dalam penilaian.
Tak hanya itu, tahun ini Balikpapan menonjolkan keseriusan pada lima klaster utama penilaian: hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan dan budaya; serta perlindungan khusus anak. Semua didukung satu aspek kelembagaan sebagai fondasi program berkelanjutan.
“Ini bukan sekadar lomba. Tapi bagian dari visi membangun kota yang manusiawi dan berpihak pada masa depan anak-anak,” kata Heria.
Senada dengan itu, Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menekankan bahwa KLA adalah komitmen jangka panjang, bukan sekadar kejar penghargaan. “Ada atau tidak ada lomba, kita harus tetap jadi kota yang ramah anak,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Pemkot telah membentuk Gugus Tugas Kota Ramah Anak untuk memastikan seluruh kebijakan lintas sektor mempertimbangkan kepentingan anak. “Pencapaian terbaik adalah ketika seluruh OPD menjalankan prinsip ramah anak, bukan hanya mengejar nilai,” tegasnya.
Salah satu program nyata yang tengah digencarkan adalah “Satu Taman, Satu Kecamatan”, di mana setiap kelurahan ditargetkan memiliki taman ramah anak. “Tempat yang aman, bisa bermain, sekaligus jadi wisata murah untuk keluarga,” tutup Bagus.(Kaltim Live)