IHSG Melemah, Investor Waspadai Sentimen Geopolitik dan Harga Minyak

IHSG melemah signifikan dalam sepekan terakhir di tengah tekanan global dan aksi jual investor asing yang mencapai Rp4,6 triliun. Analis IPOT memberikan strategi investasi untuk bertahan di tengah ketidakpastian pasar.

Kaltim Live! Jakarta – Pasar modal Indonesia kembali diuji. Dalam sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas hingga -3,61% dan ditutup di level 6.907 pada perdagangan Jumat, 20 Juni 2025. Tekanan jual dari investor asing makin memperparah situasi, dengan outflow senilai Rp4,6 triliun di pasar reguler.

Penurunan ini menandai turunnya kepercayaan pasar, apalagi indeks sudah menembus level psikologis 7.000 yang selama ini dianggap sebagai support kuat. “Secara teknikal, sudah terbentuk pola double top yang dikonfirmasi bearish. Ini alarm waspada,” ujar David Kurniawan, Equity Analyst di PT Indo Premier Sekuritas (IPOT).

David menjelaskan bahwa tekanan pasar tak bisa dilepaskan dari kombinasi sentimen global dan domestik. Dari luar negeri, penundaan aksi militer AS di Timur Tengah memang memberi napas sementara. Namun, ketegangan antara Iran dan Israel masih menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Di saat bersamaan, harga minyak dunia yang fluktuatif di kisaran US$75–78 per barel menambah ketidakpastian. Ditambah dengan sikap The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga tinggi di 4,25–4,50%, pasar membaca sinyal hawkish karena inflasi AS belum kunjung jinak. Sementara itu, negara-negara seperti Swiss dan Norwegia justru mulai memangkas suku bunga.

“Dari dalam negeri, Bank Indonesia juga menahan suku bunga di 5,50% untuk menjaga stabilitas rupiah yang sedang menghadapi tekanan akibat penguatan dolar. Di tengah ketidakpastian ini, Indonesia menegaskan komitmennya pada energi bersih dengan target 23% bauran energi terbarukan pada 2025, sebuah peluang besar bagi emiten di sektor energi hijau,” jelasnya.

Menghadapi pekan perdagangan singkat (23–26 Juni 2025) karena libur Tahun Baru Islam, IPOT menekankan pentingnya fokus pada dua isu utama: geopolitik dan pergerakan harga energi. Jika konflik Timur Tengah mereda, saham-saham konsumer bisa rebound. Sebaliknya, jika eskalasi meningkat, sektor energi dan pertahanan akan jadi bintang.

“Diversifikasi adalah kunci. Di saat pasar saham volatil, kombinasi saham potensial dan obligasi imbal hasil tinggi bisa jadi strategi bertahan,” tegas David.

Meskipun IHSG tengah tertekan, peluang tetap terbuka lebar bagi investor yang jeli dan disiplin. Memahami sentimen pasar serta memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko adalah kunci bertahan  dan bahkan menang  di tengah badai pasar global. (Kaltim Live)

 

TAG:

TRENDING

Pilihan Editor

Berita Lainnya

Kaltim Live! adalah media berbasis online yang menawarkan perspektif berbeda untuk melihat Kalimantan Timur.

Copyright © 2024. Kaltim Live!