Kaltim Live! Balikpapan – Raden Ajeng Kartini pernah menulis, “Habis gelap terbitlah terang.” Lebih dari seabad kemudian, semangat itu masih hidup dan tercermin dalam perjalanan Intan Vicky Maharani, seorang perempuan yang memilih berkarier di tengah hamparan kebun sawit, dunia yang kerap dianggap “milik laki-laki”.
Di bawah naungan PT Astra Agro Lestari (AAL), Intan bukan sekadar mengurus angka-angka keuangan. Ia sedang menulis ulang narasi tentang peran perempuan di industri perkebunan.
Lahir di Yogyakarta pada 1 Juni 1998, Intan memutuskan meninggalkan zona nyaman setelah menikah dan menjadi ibu. Pada Desember 2022, ia memulai karir sebagai Asisten Keuangan di dua anak usaha AAL: PT Sumber Kharisma Persada (SKP) dan PT Cipta Narada Lestari (CNL). Tugasnya tak sederhana, mulai dari mengelola pembayaran, menyusun laporan, hingga memastikan kelancaran operasional keuangan.
“Tantangan terbesar? Memimpin tim yang lebih berpengalaman,” akunya.
Tapi justru di situlah ia menemukan kekuatan: “Saya belajar menjadi pemimpin yang mendengar, bijak, dan tangguh,” tambahnya.
Bagi Intan, kebun sawit bukan sekadar tempat kerja. Di sini, ia menemukan keheningan yang memacu semangat. “Bangun sebelum fajar, melihat kabut menyelimuti pohon sawit, ditemani suara burung, alam menjadi rekan kerja setia,” katanya.
Namun, di balik keindahan itu, ia kerap berhadapan dengan pandangan kolot. Sebagai ibu bekerja, ia acap kali mendapat pertanyaan, “Kenapa tidak di rumah saja?” Dengan tenang, ia menjawab,”Setiap perempuan berhak memilih. Bahagia itu bisa dari keluarga, karier, atau keduanya—yang penting itu pilihan sadar, bukan paksaan”.
Bagi Intan, emansipasi bukan tentang meninggalkan peran domestik, melainkan kebebasan untuk menentukan jalan tanpa kehilangan identitas. “Saya bisa menjadi ibu yang penuh cinta sekaligus profesional yang berkontribusi,” tegasnya.
Ia mengakui, kunci harmonisasi antara keluarga dan karier adalah komunikasi dan kualitas waktu. “Bukan soal lama bersama anak, tapi bagaimana momen itu diisi,” ungkapnya.
Kepada perempuan yang ragu mengejar impian, Intan berpesan: “Kamu bisa menjalankan peran ganda asal ada kesadaran, cinta, dan dukungan keluarga.” Baginya, kemandirian justru memperkuat pondasi rumah tangga.
Dan ketika ditanya apa kata Kartini jika melihat perjuangannya hari ini, matanya berkaca, Mungkin beliau akan bilang, ‘Kamu tidak hanya meneruskan perjuanganku, tapi membawanya lebih tinggi.
Intan mungkin bukan pahlawan. Tapi seperti Kartini, ia membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil dari kebun sawit, dari keteguhan hati, dan dari keyakinan bahwa perempuan boleh berdiri setara, tanpa harus melepas kelembutannya.
Di antara pohon-pohon sawit yang menjulang, Intan sedang menanam makna baru emansipasi: bebas, bertanggung jawab, dan manusiawi. (Kaltim Live)