Pj Gubernur Kaltim Ingatkan Tata Kelola Sumber Daya Alam

sumber daya alam
Kegiatan tongkang batu bara di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Kaltim Live! SAMARINDA – Kalimantan Timur memiliki sumber daya alam melimpah. Namun, Pj Gubernur Akmal Malik mengingatkan, jangan sampai seperti negara Nauru, yaitu sebuah negara kecil di Pasifik Selatan yang kaya raya namun akhirnya jatuh miskin.

“Penyebab utama kejatuhan negara Nauru adalah pengelolaan sumber daya alam yang buruk. Pemerintah Nauru tidak mampu mengelola cadangan fosfat dengan baik, sehingga kekayaannya habis di eksploitasi dengan cepat,” kata Akmal Malil saat Kuliah Umum di Aula Gedung E Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Samarinda, beberapa hari lalu.

Pj Gubernur Kaltim sengaja menayangkan video pendek negara Nauru yang mengalami kebangkrutan lantaran salah mengelola sumber daya alam. Dikarenakan isu tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan memperlihatkan bagaimana sebuah sistem administrasi pemerintahan yang gagal dalam mengelola sumber daya alamnya.

“Dari negara yang terkaya, tapi pada akhirnya jatuh miskin,” ungkapnya.

Negara Nauru adalah realita negara kaya dan jatuh miskin akibat pengelolaan sumber daya yang gagal.

“Tentunya hal ini tidak sampai terjadi di Kaltim,” tegasnya.

Baca berita Kaltim Live! Berau dan Ketergantungannya dari Batu Bara

Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri menjelaskan Pemerintah Nauru tidak mempersiapkan sumber daya manusia untuk mengantisipasi dampak habisnya cadangan fosfat, serta tidak menemukan sumber pendapatan penganti.

“Negara yang sempat masuk daftar negara terkaya di dunia, kini berubah menjadi negara miskin,” sebutnya.

Provinsi Kaltim memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas hitam (batu bara), minyak dan gas, diatasnya ada emas hijau (hutan).

Karenanya, Akmal tidak menginginkan masyarakat Kaltim terlena dengan mengandalkan sumber daya alam yang sewaktu akan menipis dan pasti habis.

“Transformasi ekonomi dari ekstraktif pertambangan dan non migas bisa menjadi penggerak utama ekonomi Kaltim. Itu harus dilakukan ke sektor lain yang lebih berkelanjutan,” imbuh Pj Gubernur Kaltim itu.

Transformasi ekonomi ekstraktif tidak mudah mengubah pola pikir (mindset) pertambangan ke sektor lain, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan serta sektor pariwisata.

“Waktu yang singkat tidak mungkin menyulap perubahan cepat. Jalan satu-satunya adalah mengidentifikasi, memetakan persoalan dan kolaborasi stakeholder,” harap Akmal Malik. (Kaltim Live)

Sumber: Humas Pemprov Kaltim

Pembaca Kaltim Live! juga bisa mendengarkan podcast terkait isu ini: Hidup Mati Berau Coal, Ekonomi Anjlok?

 

TAG:

TRENDING

Pilihan Editor

Berita Lainnya

Kaltim Live! adalah media berbasis online yang menawarkan perspektif berbeda untuk melihat Kalimantan Timur.

Copyright © 2024. Kaltim Live!