Kaltim Live! Balikpapan – Pertumbuhan pasar modal di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menunjukkan tren positif. Hingga Agustus 2025, jumlah investor saham di wilayah ini melonjak 23,54% dibandingkan posisi Desember 2024. Kinerja gemilang ini menandai semakin kuatnya minat masyarakat Kaltim terhadap instrumen investasi modern dan membuka peluang besar bagi penetrasi ke wilayah-wilayah potensial yang selama ini belum tergarap.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Parjiman, mengungkapkan bahwa jumlah Single Investor Identification (SID) saham kini mencapai 138.466 investor dengan total kepemilikan mencapai Rp25,2 triliun. Capaian ini meningkat signifikan dari tahun sebelumnya.
“Jumlah investor instrumen pasar modal di Kalimantan Timur terus meningkat setiap periode, sejalan dengan tingginya minat investasi di kalangan masyarakat,” ujar Parjiman dalam keterangan resmi, belum lama ini.
Pertumbuhan investor masih terkonsentrasi di dua kota besar, yakni Balikpapan dan Samarinda, yang menguasai 77,5% dari total investor saham. Balikpapan mencatat 42.588 SID, disusul Samarinda 39.336 SID.
Sebaliknya, wilayah seperti Mahakam Ulu baru menyumbang 256 investor atau sekitar 0,2%. Kondisi ini menunjukkan potensi besar di daerah-daerah yang belum tersentuh literasi dan inklusi pasar modal.
Tak hanya saham, instrumen reksa dana juga menunjukkan pertumbuhan positif. Hingga Agustus 2025, jumlah investor reksa dana di Kaltim mencapai 270.244 SID, naik 16,18% dari Desember 2024.
Meski nilai penjualan sedikit terkoreksi 5,8%, dari Rp253,3 miliar menjadi Rp238,5 miliar, namun peningkatan jumlah investor menegaskan bahwa minat publik terhadap reksa dana tetap kuat.
Secara historis, kepemilikan saham di Kaltim telah melonjak dari Rp8,17 triliun pada Desember 2022 menjadi Rp25,2 triliun di 2025 — atau tumbuh 208,6% dalam 2,5 tahun terakhir. Pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) yang mencapai 45–50% per tahun menegaskan bahwa pasar modal Kaltim berada dalam jalur pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.
Dari sisi geografis, Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan performa solid dengan kontribusi 12,3% terhadap saham dan 19,7% terhadap reksa dana.
Balikpapan masih mendominasi reksa dana dengan porsi 40,4%, sementara di segmen saham mencapai 33,9%.
Pertumbuhan pesat ini tidak lepas dari dorongan edukasi berkelanjutan oleh OJK dan lembaga pasar modal. Melalui Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2025 yang digelar di Samarinda pada bulan lalu, OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI), KPEI, dan KSEI gencar memperluas literasi finansial, khususnya di kalangan mahasiswa dan pelaku usaha muda.
Dalam Kuliah Umum di Universitas Mulawarman (Unmul), Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan OJK Hasan Fawzi menegaskan pentingnya literasi sebagai modal awal berinvestasi.
“Literasi keuangan adalah modal utama sebelum berinvestasi. Mahasiswa harus paham karakteristik produk, risiko, dan jangan terjebak ikut-ikutan atau Fear of Public Opinion (FOPO),” ujar Hasan.
Hasan juga menekankan agar generasi muda mempelajari setiap instrumen investasi secara mendalam — baik saham, reksa dana, maupun aset digital — sebelum terjun ke pasar.
Dalam kesempatan yang sama, OJK juga mendorong perusahaan lokal di Kaltim untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan alternatif.
Langkah Go Public, menurut OJK, bukan sekadar mencari dana, melainkan strategi strategis untuk meningkatkan reputasi, transparansi, dan keberlanjutan bisnis.
“Pasar modal memberi peluang bagi pelaku usaha daerah untuk tumbuh lebih cepat dengan tata kelola yang lebih baik. Ini saatnya perusahaan lokal naik kelas,” tutup Parjiman.(Kaltim Live)