Kaltim Live! Berau – Kabupaten Berau dikenal dengan melimpahya sumber daya alam batu bara. Sejak dari era Belanda, hingga sekarang, emas hitam itu masih menjadi primadona perekonomian di Bumi Batiwakkal.
Namun, upaya meningkatkan sektor perkebunan sebagai penyeimbang pertambangan di kabupaten paling utara di Kalimantan Timur ini, juga semakin gencar dilakukan. Salah satunya, adalah dengan membuat diversifikasi tanaman kakao, demi meningkatkan nilai tambah sektor perkebunan terhadap perekonomian.
Berdasarkan catatan dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara, dari enam kampung wilayah di Berau, potensi biji kakao yang dihasilkan pada 2020 berkisar 28.230 kilogram. Nilai ini, terus ditingkatkan dengan berbagai program dan penambahan lahan.
Baca berita Kaltim Live! Berau dan Ketergantungannya dari Batu Bara
Manfaatkan Lahan Bekas Tambang
Salah satunya, adalah pemanfaatan lahan bekas tambang yang dilakukan oleh PT Berau Coal. Saat ini, lahan seluas 709,8 hektare, dimanfaatkan sebagai kawasan pengembangan pengembangan masa depan, untuk penanaman bibit kakao.
Penjabat Gubernur Kaltim Akmal Malik pada 29 Oktober 2024 lalu, melakukan kunjungan ke lahan bekas tambang tersebut untuk melakukan penanaman bibit kakao. Dia mengaku, pola pengelolaan tambang di Berau Coal ini, kata Akmal jelas sangat jauh berbeda dengan apa yang sudah terjadi di Republik Nauru, era tahun 80-an lalu. Konsep kelola tambang Berau Coal sangat memerhatikan kepentingan masa depan dan transformasi dari tambang menuju pertanian, peternakan dan perikanan.
Meski hanya menjabat selama satu tahun lebih sebagai Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik memang gencar untuk mempromosikan pengelolaan lahan bekas tambang, dimanfaatkan menjadi lahan yang lebih produktif. Terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan.
“Kita terus lakukan aksi nyata dan campaign (kampanye) positif, bahwa tambang harus menghadirkan rakyat yang lebih sejahtera. Tambang harus menghadirkan masyarakat dan lingkungan yang lebih baik ke depan,” tegas Akmal.
Dia menjelaskan, Langkah Berau Coal yang hadir sebagai pelopor pengembangan kakao di Bumi Batiwakkal, akan memberi dampak yang baik. Terutama bagi lingkungan, dan juga perekonomian.
Akmal juga memuji konsep pengembangan yang dilakukan Berau Coal dengan menggandeng masyarakat lokal untuk perkebunan kakao ini.
“Konsep inti plasma untuk kakao ini mungkin contoh yang pertama di Indonesia. Sebab biasanya kan inti plasma itu sawit saja,” puji Akmal.
Direktur Operasional dan HSE Berau Coal Arief Wiedhartono menjelaskan kakao dipilih karena tanaman ini memang sangat cocok dikembangkan di daerah ini selain karet. Mereka pun telah melakukan penelitian untuk pengembangan coklat ini dan potensinya sangat bagus, termasuk di areal pascatambang.
“Kami masuk untuk membantu petani. Mulai dari proses penyediaan bibit kakao, membeli hasil petani dan membantu memasarkannya,” jelas Arief Wiedhartono.
Diungkapkan Arief, sebelumnya produk petani sulit diterima pasar. Karena itu, mereka mengambil alih prosesnya dan membantu agar produk petani bisa diterima pasar.
“Kami sudah punya pabrik dan alhamdulilah produk kami bisa diterima dengan baik oleh pasar,” bangganya.
Disebutkannya, penghasil coklat terbesar di dunia ada di Afrika dan Indonesia. Saat ini harga coklat mulai membaik, sehingga antusias petani menanam coklat juga semakin meningkat.
“Coklat ini sudah kita kirim ke Belanda, Itali dan Jepang,” tutup Arief.
Mempercepat Pengembangan Kakao di Berau

Tak berhenti sampai penyediaan lahan, kolaborasi dengan masyarakat juga terus dikerjakan. PT Berau Coal, melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), terus berkomitmen dalam mengembangkan kakao dari hulu hingga hilir. Salah satu upaya akselerasi yang dilakukan oleh PT Berau Coal adalah penyelenggaraan Sekolah Lapang Kakao.
Program ini kembali dilaksanakan pada 24-25 Februari lalu di Rumah Kebun Samburakat yang juga baru dibangun oleh PT Berau Coal dan diresmikan bersamaan dengan pembukaan kegiatan Sekolah Lapang Kakao. Sebanyak 104 peserta baru, mendapatkan pelatihan budidaya kakao sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP) yang merupakan pedoman dan teknik pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, kualitas hasil panen, serta keberlanjutan lingkungan.
Petani kakao dari Berau, Nikolas Oka menjelaskan, dengan program tersebut, petani yang biasanya melakukan penanaman dengan cara tradisional, mendapat pemahaman baru proses penanaman kakao dengan cara modern yang lebih efisien.
“Biasanya kami menggunakan cara tradisional, hanya menggali 30 cm ke dalam kemudian ditutup saja. Namun dengan adanya program ini, kami diajari mulai dari cara menggali untuk membuat lubang, pemupukan, pruning. Sangat bermanfaat untuk kami yang baru memulai,” ungkap Nikolas Oka.
Nikolas juga menambahkan bahwa program ini menjadi penggerak dalam pengembangan kakao di daerahnya. Terutama untuk mengembangkan sektor perkebunan demi melakukan diversifikasi tumbuhan produktif.
“Kerja PT Berau Coal ini memang luar biasa bagi kami. Mereka menjadi motor penggerak budidaya kakao di KM 42 (Poros Berau-Bulungan). Ini baru awal bagi kami, tetapi saya optimistis ke depan masyarakat bisa lebih sejahtera dengan dukungan PT Berau Coal,” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Yuliana, petani dari kampung Long Lanuk yang sangat terbantu dengan metode pelatihan langsung di lapangan. Yuliana juga mengapresiasi keberlanjutan program ini dan kehadiran PT Berau Coal dalam mendampingi para petani.
“Kami ikut program ini karena ingin tahu bagaimana cara budidaya kakao yang benar. Metodenya sangat baik dan mudah dipahami karena kami langsung turun ke lapangan,” akunya.
PT Berau Coal tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga menyediakan berbagai dukungan yang dibutuhkan petani, seperti bibit kakao unggul, kompos dan tanaman penaung, pendampingan teknis, serta sarana dan prasarana pertanian.
Abdul Munir, petani dari kampung Labanan, mengungkapkan rasa haru atas kontribusi PT Berau Coal bagi petani kakao, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke bibit unggul.
“Kontribusi PT Berau Coal terhadap petani kakao sangat besar. Saya sangat terharu karena mereka membantu petani yang tidak mampu membeli bibit. Saya benar-benar berterima kasih dan bersyukur atas dukungan yang diberikan,” katanya.
Selain pendampingan dari hulu, PT Berau Coal juga turut mendukung pada bagian hilir dengan memastikan hasil panen petani dapat terserap melalui Berau Cocoa yang akan melakukan pengolahan dan pemasaran. Melalui pendampingan dan dukungan ini, diharapkan petani kakao di Berau semakin mandiri dan memiliki akses pasar yang lebih luas.
“Fokus dari PPM PT Berau Coal adalah program ekonomi dan pendidikan di mana program ekonomi kita berfokus pada kelompok rentan untuk bisa terentaskan lewat program Pengembangan Budidaya Kakao. Mimpi kami program tersebut juga membantu pemerintah daerah dalam diversifikasi ekonomi di Kabupaten Berau yang tidak hanya tergantung dalam sektor tertentu,” ungkap Community Base Development Manager PT Berau Coal, Reza Hermawan.
Inisiatif ini sejalan dengan visi pemerintah dalam memperkuat sektor pertanian sebagai salah satu upaya diversifikasi ekonomi di Berau. Melalui sinergi antara perusahaan, petani, dan pemerintah daerah, kakao diharapkan menjadi komoditas andalan yang tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Kabupaten Berau. (Kaltim Live)