Kaltim Live! Samarinda – Upaya Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Dinas Pariwisata untuk mempromosikan desa wisata menggunakan influencer, dengan anggaran Rp 1,7 miliar menuai pro dan kontra.
Terlebih, dalam rancangan akhir Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (P-RKPD) 2025, yang menjelaskan proyek tersebut, tertulis juga uraian pengembangan desa wisata hanya Rp 250 juta. Nilai yang dirasa sangat kurang, mengingat kebutuhan pengembangan destinasi wisata di Kaltim masih sangat banyak.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Mulawarman, Dr. Silviana Purwanti., S.Sos., M.Si menjelaskan, strategi promosi desa wisata menggunakan influencer sebenarnya tidak masalah. Persoalannya adalah, besaran anggaran dan influencer seperti apa yang akan digunakan.
Dia menjelaskan, jika influencer yang dipakai, namun pengikut atau followers-nya tidak sesuai dengan sasaran target pasar dari destinasi wisata di Kaltim maka akan percuma. Terlebih lagi, jika influencer yang digunakan, kontennya hanya sekadar hiburan, tanpa memberikan konteks atau nilai edukasi bagi para pengikutnya.
“Secara teori komunikasinya, uses and gratification. Artinya, dibutuhkan peran aktif audiens yang sangat besar. Sehingga, ketika audiens menonton konten yang dibuat si influencer, akan benar-benar menarik keinginan untuk datang ke Kaltim,” ujar perempuan yang telah menulis sejumlah jurnal penelitian terkait promosi pariwisata.
Baca berita Kaltim Live! Kaltim Masuk Daftar Provinsi Terkaya, Jadi Penggerak Ekonomi di Luar Jawa
Perempuan yang meraih gelar doktor dari Universitas Airlangga ini memaparkan, saat ini jumlah followers tidak dapat menjadi acuan dari kualitas dari pengikut sang influencer. Perlu ada engagement atau pengaruh yang erat antara si influencer dengan pengikutnya.
“Terlebih sekarang bisa dilihat, saat ini followers bisa dibeli. Centang biru juga bisa dibeli,” ujar dia kepada Kaltim Live, Kamis (18/9/2025).
Jangan sampai, Dinas Pariwisata Kaltim, disilaukan dengan angka dari pengikut influencer tersebut, dan jumlah penonton konten. Namun, pengikutnya ternyata tidak organik, dan target marketnya tidak sesuai dengan harapan.
Untuk itu, dia menyarankan agar perlu diberikan edukasi dahulu terhadap influencer tersebut, sehingga mampu membuat konten yang diharapkan. Apalagi, ujar Silvi saat ini sarana dan infrastruktur pendukung di desa wisata di Kaltim, masih sangat minim.
“Jangan sampai, ketika kontennya sudah dibuat, terus orang yang datang ke desa wisata karena pengaruh si influencer itu, malah kecewa. Artinya, kejujuran juga perlu ditampilkan saat mau berpromosi,” terang dia.
Dia mencontohkan seperti destinasi wisata Coban Rondo di Malang, Jawa Timur yang memang dikhususkan bagi penikmat petualangan. Sehingga, ketika orang hendak mengunjungi destinasi wisata tersebut, sudah mempersiapkan diri lebih dahulu.
Selain itu, Dinas Pariwisata juga diminta untuk membentuk tim, untuk mengukur pencapaian program promosi menggunakan influencer ini. Terutama dampak ekonomi dari sebelum, dan sesudah, program tersebut dijalankan.
“Apakah UMKM jadi tambah ramai dari influencer ini? Warung-warung di desa wisata ini makin laris. Ini kan alat ukur sederhana,” saran dia.
“Jangan sampai anggaran yang sudah digelontorkan dengan nilai cukup fantastis ini jadi sia-sia,” tutup dia.
Baca berita Kaltim Live! Sungai Mahakam: Nadi Ekonomi Kaltim dan Potensi Pariwisata
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Pemasaran Pariwisata Dispar Kaltim, Restiawan Baihaqi menyebut bahwa pemilihan influencer tidak sembarangan. Harus berbadan hukum seperti perusahaan, agensi, atau lembaga resmi.
“Jadi tentu ada pertimbangan khusus terhadap pemilihan influencer ini, tidak sembarangan,” ungkapnya pada awak media Rabu (17/09/2025).
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam penyeleksian di antara dari segi konten, followers, serta track record dari para influencer tersebut.
“Misalnya kita minta promosi destinasi Labuan Cermin, berarti influencer itu harus benar-benar ke sana, membuat konten yang bagus, dan diseleksi juga kualitas kontennya,” sebutnya.
Menurutnya, di era media yang sekarang, promosi menjadi semakin penting dan masif. Media sosial menjadi wadah yang sangat krusial untuk memperkenalkan potensi Kalimantan Timur kepada dunia luar, dengan menggandeng influencer terkenal di Kaltim.
“Kami tidak hanya mengandalkan satu media atau satu jalur promosi saja. Kami memanfaatkan semua kanal media online, media cetak, influencer, radio, dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Ia menegaskan, nantinya ada sekitar 20-30 influencer yang akan digandeng oleh Dispar Kaltim, untuk mempromosikan destinasi wisata yang ada di Kalimantan Timur.
“Dalam waktu dekat, kami akan menyeleksi influencernya, serta rapat internal untuk pembahasan promosi destinasi wisata tersebut,” tutupnya. (Kaltim Live)